Nahdliyin United Kingdom sekaligus Dosen Universitas Trunojoyo Muhammad Yusuf merampungkan studi program doktoral di School of Computing, Universitas Portsmouth, Inggris, 21 Maret lalu.
“Rasanya plong, lega dan luar biasa setelah empat tahun bekerja keras, hidup jungkir-balik dengan ritme yang tidak normal,” ujar Yusuf.
Yusuf berhasil mempertahankan argumen di depan para penguji disertasinya terkait peran teknologi dalam mendukung partisipasi masyarakat. “Teori yang saya gunakan adalah An Actor-Network Theory (ANT), itu merupakan salah satu teori yang cukup terkenal di dunia Sistem Informasi dan Teknologi,” ucapnya. Selain berkontribusi dalam teori tersebut, ia juga telah menerbitkan sejumlah jurnal dan proceedings.
Perjalanan menempuh studi selama empat tahun diakui Yusuf bukan perjalanan yang mudah. Ia menganalogikan pengalaman tersebut bak berjalan dalam kegelapan hutan belantara yang belum pernah dijamah banyak orang. Kebingungan pun kerap kali menyelimutinya saat melakukan riset dan menulis.
Beragam tantangan pun bermunculan, baik dari sisi akademik maupun non akademik yang menyebabkan tekanan psikologis. “Akademik misalnya kita mengalami kesulitan memahami materi riset kita atau problem lain hubungan dengan supervisor,” ujarnya. Sementara non akademik, Yusuf pernah terlambat menerima uang beasiswa yang mengharuskan dirinya untuk bekerja paruh waktu.
Untuk menyiasati tantangan dan menghilangkan stress, Yusuf punya cara sendiri seperti piknik, berselancar di media sosial, atau mengamalkan ibadah. “Hal terpenting untuk memperkuat daya tahan saya pribadi bahwa kekuatan rohani kita itu penting sekali untuk menghadapi tantangan perjalanan PhD (Philosophy of Doctorate),” katanya.
Terlepas dari beragam tantangan yang ia lalui, Yusuf merasa pencapaiannya tak lepas dari dukungan keluarga. Ia juga bersyukur memiliki pengalaman tinggal di negeri Ratu Elizabeth selama empat tahun bersama istri dan anaknya.
“Momen-momen sukanya ketika bisa studi PhD di luar negeri, khususnya UK, tidak semua orang punya kesempatan untuk itu. Selanjutnya bisa berinteraksi dengan orang dan komunitas internasional dari berbagai negara,” katanya.
Setelah merampungkan studi, Yusuf berencana kembali ke Indonesia untuk mengaplikasikan ilmunya dengan mengajar, riset, dan melakukan pengabdian masyarakat. Selain itu, ia akan membangun jaringan baik di dalam maupun luar negeri, mengikuti konferensi internasional, dan turut aktif dalam komunitas atau organisasi profesional.